Pemujapengikut Tantrisme mengelu-elukan Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Dewata Nawa Sanggha dengan harapan diberi kekuatan dan kesempurnaan hidup serta mendapat vibrasi dari kesaktian para Dewa yang menguasai delapan penjuru mata angin (horizontal) dan satu vertikal, lengkap dengan senjata, warna, dan aksara-nya. 3.1. Timur (Purwa) {hinduloka} $title={Daftar Isi} Lontar Cakragni adalah lontar yang menguraikan masalah penyakit dan pengobatan. Di dalam Lontar Cakragni di uraikan baik mengenai penyakit, cara penyembuhan, sarana yang dipergunakan maupun hubungan penyakit dengan pengobatan, dalam Lontar Cakragni juga memuat berbagai hal tentang pendidikan baik dari aspek pendidikan tattwa, etika dan aspek pengobatan dalam Lontar Cakragni menggunakan kekuatan-kekuatan api yang terdapat dalam organ tubuh manusia. Lontar ini menguraikan tentang tata cara mengobati penyakit mulai dari jenis penyakit, sarana obat serta doa-doanya mantra-mantranya. Lontar Cakragni menyinggung pula nama-nama penyakit antara lain penyakit tiwang, badan panas, tuju, jampi, sakit perut, kena upas warangan, bebahi dan sebagainya. Lontar Cakragni menguraikan tentang nama-nama api serta kegunaan dari api tersebut dalam tubuh manusia, menyebutkan tentang nama Dewata Nawa Sanga yang mengirimkan berbagai jenis penyakit, juga menguraikan tentang tata cara dalam mempergunakan jimat, tetapi dalam penelitian ini hanya membahas tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan saja terutama pendidikan tattwa, etika, dan ritual yang dianggap sebagai kerangka dasar dalam agama Hindu. Tattwa dalam Lontar CakragniLontar Cakragni menjelaskan stana atau tempat Agni di Bhuana Alit atau mikrokosmos, mikrokosmos diartikan sebagai badan manusia, penjelasannya adalah sebagai berikut Ih yan aku anglekasang Cakragni Wisesa, anggeseng satru, anggeseng gering, tka geseng lingsem, lebur. Ong Gni Pritiwi ring tlapakan batisku, Gni Kumang-mang ring cocan batisku, Gni Bongol ring betekan batisku,, Gni Baga ring entudku, Gni Wurung ring pahanku, Gni Wutik ring purusku, Gni Buged ring pungsesdku, Gni Kembar ring susunku, Gni Wisesa ring tlapakan limanku, Gni Murub ring cangkemku, Gni Mandi ring ilatku, Gni Bayu ring irungku, Gni Kwera ring karnanku, Gni Cakra buwana ring suryanku, Gni Agung ring pangadeganku, endih aku murub angebekin jagat, trus menek trus bila aku mengeluarkan ajian Cakragni Wisesa akan dapat membakar musuh, membakar wabah, semuanya hangus Gni Pritiwi pada bagian telapak kakiku, Gni Kumang-mang pada mata kakiku, Gni Bongol pada betisku, Gni Baga pada lututku, Gni Wurung pada pahaku, Gni Wutik pada kelaminku, Gni Buged pada pusarku, Gni Kembar pada payudaraku, Gni Wisesa pada telapak tanganku, Gni Murub pada mulutku, Gni Mandi pada lidahku, Gni Bayu pada hidungku, Gni Kwera pada telingaku, Gni Cakra Buwana pada mataku, Gni Agung pada seluruh tubuhku, nyalaku berkobar-kobar memenuhi dunia, terus naik, terus turun.Cakragni, lp1bMenyimak uraian di atas, dijelaskan bahwa Tuhan atau bagian-bagiannya, yaitu para dewa dalam hal ini sebagai manifestasinya di stanakan dalam badan, bahkan ketentuannya hampir sama dengan stana para dewa di alam makrokosmos alam semesta. Jadi dapat di tarik suatu benang merah bahwa Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit sama-sama diciptakan oleh Tuhan Sanghyang Widhi Wasa, dengan demikian jelaslah bahwa para dewa bukan saja berstana di Bhuwana Agung melainkan juga di Bhuwana Alit. Karena itu sebagai umat beragama hendaknya mengerti akan fungsi dan peranan dari Dewata Nawa Sanga yang bersemayam dalam badan manusia, seperti apa yang telah diuraiakan dalam Lontar Cakragni bahwa Dewa Agni mempunyai peranan dan fungsi sangat penting untuk menghancurkan musuh yang datang dari luar yang bermaksud jahat dan ingin mencelakakan, dan dapat dipergunakan untuk menolong orang yang sedang sakit. Adapun mengenai dewa-dewa yang termuat dalam Lontar Cakragni adalah sebagai berikut Sanghyang Gni Anglayang, Sanghayang Durga, Sanghyang Siwa, Bhatara Kala dan Bhatara Guru sedangkan Dewa Siwa juga disembah sebagai guru di dunia, ini merupakan simbol-simbol yang dipergunakan dalam pemujaan terhadap manifestasi Tuhan khususnya tentang hal yang berkaitan dengan pencarian realitas dan manifestasi dari realitas itu sendiri. Dengan menstanakan Dewa Agni yang disamakan dengan Brahma, kemudian dihubungkan dengan panca aksara yaitu Sang yang memiliki arti api putih, berada di jantung, Bang memiliki arti api merah berada di hati, Tang memiliki arti api kuning, berada di ginjal, Ang memiliki arti api hitam, berada di hidung, Ing memiliki warna api panca warna, berada pada rambut Jadi dapat di artikan bahwa dalam tubuh manusia terdapat kekuatan Tuhan yang luar biasa besar dan jika pergunakan dengan baik maka, akan mampu mencapai beliau dalam penyatuan. Lontar Cakragni menjelaskan tentang dewa-dewa yang dipuja dalam melakukan suatu pengobatan yang dilakukan oleh seseorang balian agar tetap dalam lindungannya, adapun dewa-dewa yang dipuja dalam melakukan pengobatan ialah Panyaak, sa., widu bayu, maOng Durga punah, getih punah, banyeh teke saak, saluiring mati, sa, yeh klungah tahapakena maOng Sanghyang Siwa Sabrata, ana urip, pada urip kabeh, jumeneng ana sakti, mala, sa., isin jong, pinipis, yeh arak, tahapakna muah puhakna ring irung nia, ma Ong Sanghyang Gni Anglayang aku amugpug, amunah, anggeseng tuju tluh tranjana, sakwehing tuju, satus dualapan, tri mala, panca mala,dasa malaning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, apan aku paranta anglukat tri mala, panca mala, dasamala ning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, amupug, amunah angeseng malane si anu,Ong aku paranta anglukatmalane sianu, mulih kang jati ening jati, lah poma, 3. sa, lurungan, apunakna,caru alit ring bau, yen lara dibau ring tengen dewa anglaranin, yen lara ring bahu kiwa, pepasangan alaranin,Sa., lenge pitung lawang ma.,Ong Bhatara Mala ngawe meru tumpang pitu, Batara Guru nyaluk penyak agung, tuju tiwang mapupul, tuju getih teke saak, 3,Ong idep aku Batara Guru amugpug, amunah tuju, sakwehning tiwang, tuju ajung, duang jong, tri jong, catur jong, panca jong, sad jong, tuju jong, dlapan jong, smilan jong , dasa jong, wastu aku teke lukat, 3, Ong idep aku Batara Guru anglukat salarane si anu ring bau, dasa mala, dwi mala, tri mala, catur mala, panca mala, sad mala, tujuh mala, dlapan mala, smilan mala, ike malaning hyang, pinakeng ngulun wastu aku mulih jati ening pada ening, lah poma, 3. Artinya Untuk menghilangkan penyakit penyaak sarananya Widu bayu,mantranya Ong Durgha punah getih punah, banyeh teka saak, 3. obat segala penyakit yang air kelapa muda klungah diminumkan, mantra Ong Sang Hyang Siwa Sabhrata, ana urip, pada urip kabeh, jumeneng ana sakti, 3. Obat mala, alat isi perahu, pinipis, air arak minumkan dan tutuhkan pada hidungnya,mantra Ong Sang Hyang Gni Anglayang aku amugpug, amunah, anggeseng tuju tluh tranjana, sakwehing tuju, satus dualapan, tri mala, panca mala,dasa malaning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, apan aku paranta anglukat tri mala, panca mala, dasamala ning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, amupug, amunah angeseng malane si anu, Ong aku paranta anglukatmalane sianu, mulih kang jati ening jati, lah poma, lurungan, dipakai sebagai minyak rambut, caru alit pada bahu, bila sakit pada bahu sebelah kanan dewa yang menyebabkan sakit tesebut, kalau sakit pada bahu sebelah kiri, pepasangan yang menyebabkan, Alat lenga tujuh potong,Mantra Ong Bhatara Mala ngawe meru tumpang pitu, Batara Guru nyaluk penyak agung, tuju tiwang mapupul, tuju getih teke saak, 3, Ong idep aku Batara Guru amugpug, amunah tuju, sakwehning tiwang, tuju ajung, duang jong, tri jong, catur jong, panca jong, sad jong, tuju jong, dlapan jong, smilan jong , dasa jong, wastu aku teke lukat, 3, Ong idep aku Batara Guru anglukat salarane si anu ring bau, dasa mala, dwi mala, tri mala, catur mala, panca mala, sad mala, tujuh mala, dlapan mala, smilan mala, ike malaning hyang, pinakeng ngulun wastu aku mulih jati ening pada ening, lah poma, 3. Cakragni, lp3a-4a.Dewata Nawa Sanga yang bersemayam dalam tubuh serta dilengkapi dengan kekuatannya memberikan perlindungan disaat para penyembahnya mengalami gangguan. Dengan kata Tuhan bersemayam dalam badan, merupakan suatu dasar pertimbangan dari pola pikir bahwa dalam badan manusia dihuni oleh para dewa. Tetapi pemikiran demikian itu harus didasari dengan tingkat Wiweka agar dapat merealisasikan segala daya kekuatan dan tidak menjadi manusia kedewan-dewan akibat pemikiran yang terlalu pelik bahwa Tuhan berstana dalam badan manusia. Sebagai seorang yang ahli dalam mengobati balian, dalam memberikan pertolongan tidak cukup hanya dengan menggunakan sarana saja, namun tetap memerlukan bantuan kekuatan-kekuatan Tuhan agar tetap terlindungi. Dengan mengucapkan kata Om Ong, berarti seorang balian mengakui sebagai manusia tidak dapat berbuat sekehendak hati, oleh karena itu sangatlah perlu untuk memuja beliau karena dengan kekuatan-Nya pula balian mendapatkan suatu perlindungan, dan sadar bahwa setiap makhluk dalam dunia ini adalah bagian dari Tuhan Ida Sanghyang Widhi sebagai makhluk ciptaannya. Ajaran etika dalam Lontar Cakragni merupakan ajaran yang mengandung aspek etika yang sangat mandasar seperti membuka, menutup, merubah huruf dan lain-lain. Inilah yang dikatakan sebagai dasar ajaran etika, artinya segala sesuatu yang para penyembahnya lakukan atau yang para penyembahnya kerjakan harus didahului dengan berdoa, karena dengan doa para penyembahnya akan mendapatkan pengampunan sekaligus perlindungan dari Ida Sanghyang Widhi Wasa. Dalam Lontar Cakragni termuat ajaran seperti di bawah ini Pamuka, ma.,Ong Naga Raja, lukar ya nama panglukar lontar, ma.,Ong Awignam astu nama amaca amusti, ma.,Ong pakulun sira paduka batara manira, dewa pada dewa, manusa minta mtukagunan kaprabon manawa salah surup sih, manusa nalinin pustaka, ma.,Ong Naga Raja amilat ya namah nyurat, sa., toya ring sibuh, ma.,Ong sanghyang Siwa ring kundi manik, ati tetes sariraning wenang kabeh ilangankna kang ajuta, kerik kapurna jati, tka ening, ening, Pamuka, Mantra Ong Naga Raja, lukar ya nama pembuka lontar, mantra Ong Awignam astu nama dalam membacaOng pakulun sira paduka batara manira, dewa pada dewa, manusa minta mtukagunan kaprabon manawa salah surup sih, manusa mengikat pustaka Ong Naga Raja amilat ya namah menulis., alat air pada sibuh, mantra, Ong sanghyang Siwa ring kundi manik, ati tetes sariraning wenang kabeh ilangankna kang ajuta, kerik kapurna jati, tka ening, ening, ening.Cakragni, lp4b-5bIti tuturing aji, yan sira durung wruh ring tutur iki aja sira hakikat tutur sastra, bila anda belum paham pada tutur ini, jangan anda menulis,Cakragni, lp, 5b.Ritual dalam Lontar CakragniAku sanghyang gni anglayang, apan aku paranta anglukat, tri mala, panca mala, dasa malaning hyang, mala sudamala, aku sanghyang Gni Anglayang, amugpug, amunah, angeseng, malane si anu, Ong aku parante anglukat malane si anu, mulih kang jati ening jati, lah poma, 3. Sa. Lenge lurungan, apunakna, caru alit sagnepaCakragni, lp3bSeorang balian dalam melakukan pengobatan tidak cukup mempergunakan sarana berupa obat-obatan saja, tetapi perlu juga melakukan pembersihan melalui penglukatan yang disertai dengan bebanten upakara yang berbentuk pecaruan kecil dimana dilengkapi dengan eteh-eteh pesegehan selengkapnya. Jika dilihat dari segi etika, tattwa, ajaran cakragni memberi pelajaran bagaimana menstanakan Tuhan dalam badan sesuai dengan ajaran yang terkandung dalam agama Hindu yaitu Tuhan memiliki sifat imanent. dipasar di sekolah, di kantor dan sering pula wajah manusia tampak pada layar kaca elektonik TV, koran majalah buku-buku. Ekspresi wajah manusia dalam ikon visual Dewata Nawa Sanga, Hindu Bali, yang dilukiskan dalam bentuk wayang, menjadi stimulasi dalam penciptaan karya seni lukis. Transformasi [ X Tutup Iklan] Pengertian Dewata Nawa Sanga Secara Etimologi, Kata “Dewa” Deva berasal dari bahasa Sanskerta, kata “Div” yang berarti “Bersinar”. Dalam bahasa Latin “Deus” berarti “Dewa” dan “Divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “Deity”, dalam bahasa Perancis “Dieu” dan dalam bahasa Italia “Dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “Deva” adalah “Dievas”, bahasa Latvia “Dievs”, Prussia “Deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” atau Dewi adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Jadi “Dewa” Deva adalah sinar suci Brahman atau Sang Hyang Widhi. Sesuai dengan artinya, fungsi Deva adalah untuk menyinari, menerangi alam semesta agar selalu terang dan terlindungi. Sedangkan “Devatā” dewata adalah sebutan untuk Para Dewa jamak. Sementara Nawa atau pun Sanga artinya sembilan. Jadi Dewata Nawa Sanga atau Nawa Dewata adalah sembilan Dewa sebagai penguasa di setiap penjuru mata angin. Dalam konsep agama Hindu di Bali, sembilan penguasa tersebut merupakan Dewa Siwa yang dikelilingi oleh delapan aspeknya. Diagram Surya Majapahit lambang kerajaan Majapahit menampilkan tata letak para dewa Hindu di sembilan arah penjuru utama mata angin. Kesembilan dari Dewata Nawa Sanga tersebut sebagai penguasa yang menjaga penjuru mata angin, yaitu 1. Dewa Wisnu Dewa Wisnu merupakan penguasa arah utara Uttara, bersenjata Chakra Sudarshana, wahananya kendaraan Garuda, shaktinya Dewi Sri, aksara sucinya “A”, di Bali Dewa Wisnu dipuja di Pura Batur. 2. Dewa Sambhu Dewa Sambhu merupakan penguasa arah timur laut Ersanya, bersenjata Trisula, wahananya kendaraan Wilmana, shaktinya Dewi Mahadewi, aksara sucinya “Wa”, di Bali Dewa Sambhu dipuja di Pura Besakih. 3. Dewa Iswara Dewa Iswara merupakan penguasa arah timur Purwa, bersenjata Bajra, wahananya kendaraan gajah, shaktinya Dewi Uma, aksara sucinya “Sa”, di Bali Dewa Iswara dipuja di Pura Lempuyang. 4. Dewa Maheswara Dewa Maheswara merupakan penguasa arah tenggara Gneyan, bersenjata Dupa, wahananya kendaraan merak, shaktinya Dewi Lakshmi, aksara sucinya “Na”, di Bali Dewa Maheswara dipuja di Pura Goa Lawah. 5. Dewa Brahma Dewa Brahma merupakan penguasa arah selatan Daksina, bersenjata Gada, wahananya kendaraan angsa, shaktinya Dewi Saraswati, aksara sucinya “Ba”, di Bali Dewa Brahma dipuja di Pura Andakasa. 6. Dewa Rudra Dewa Rudra merupakan penguasa arah barat daya Nairiti, bersenjata Moksala, wahananya kendaraan kerbau, shaktinya Dewi Samodhi/Santani, aksara sucinya “Ma”, di Bali Dewa Rudra dipuja di Pura Uluwatu. 7. Dewa Mahadewa Dewa Mahadewa merupakan penguasa arah barat Pascima, bersenjata Nagapasa, wahananya kendaraan Naga, shaktinya Dewi Sanci, aksara sucinya “Ta”, di Bali Dewa Mahadewa dipuja di Pura Batukaru. 8. Dewa Sangkara Dewa Sangkara merupakan penguasa arah barat laut Wayabhya, bersenjata Angkus/Duaja, wahananya kendaraan singa, shaktinya Dewi Rodri, aksara sucinya “Si”, di Bali Dewa Sangkara dipuja di Pura Puncak Mangu. 9. Dewa Siwa Dewa Siwa merupakan penguasa arah tengah Madhya, bersenjata Padma, wahananya kendaraan Lembu Nandini,senjata Padma shaktinya Dewi Durga Parwati, aksara sucinya “I” dan “Ya”, di Bali Dewa Siwa dipuja di Pura Pusering Jagat. Berikut Ini Tabel Lengkap Tentang Dewata Nawa Sanga. sumber berbagai sumber Semoga Bermanfaat Salam Shanti Sebarkan ke seluruh umat….. Semoga Bermanfaat Ngiring subscribe youtube channel Mantra Hindu inggih [klik disini] Bermanfaat ? Sebarkan ke Keluarga dan Sahabatmu..
DewataNawa Sanga adalah dewa yang menguasai sembilan penjuru arah mata angin yang merupakan perwujudan lambang swastika. Dewata Nawa Sanga Para perwujudan dewa ini memiliki berbagai ciri dan tugas yang berbeda-beda. Berikut adalah nama-nama dewa yang disebutkan dalam konsep Dewata Nawa Sanga: 1. Dewa Siwa
Abstract Ekspresi wajah manusia dengan berbagai karakter dan dinamikanya nampak menunjukkan ekspresi yang bermacam-macam, ada yang sedih, gembira, senang, dan masih banyak misteri lain yang ada pada karakter wajah manusia. Wajah banyak saya temui di tempat-tempat umum, di terminal, di rumah sakit, di pasar, di sekolah, di kantor dan sering pula wajah manusia tampak pada layar kaca elektonik TV, koran, majalah, buku-buku. Ekspresi wajah manusia dalam ikon visual Dewata Nawa Sanga, Hindu Bali, yang dilukiskan dalam bentuk wayang, menjadi stimulasi dalam penciptaan karya seni lukis. Transformasi ekspresi wajah yang muncul dalam karakter visual wayang Dewata Nawa Sanga tersebut berpotensi mampu menjadi stimulasi dalam menciptakan berbagai karya seni lukis baru dengan bahan mixed media. Reinterprestasi visual di Balik karakter Dewata Nawa Sanga, yang memiliki atribut, karakter, bentuk, warna, senjata, kendaraan, mempunyai pesan moral terhadap umat manusia agar selalu berpikir, berkata, berbuat baik terhadap sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, di mana pun mereka berada. Esensinya adalah nilai-nilai luhur agama harus dipahami, diresapi, dan dimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud dari perilaku dharma. Perilaku dharma manusia akan tercermin pada watak dan sifat antara lain, satwan, rajas, tamas. Sifat dan watak itu, sebagai karakter yang tercermin pada ekspresi wajah manusia, yang kemudian direinterpretasikan sesuai dengan konsep penciptaan, konsep bentuk, penggunaan media dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan kreatifitas. zerUg. 434 300 194 235 215 347 343 211 416

dewata nawa sanga dalam tubuh manusia